Sabtu, 25 Januari 2014

Lee seung gi - Return lirik dan terjemahan


알 수 없는 그 계절의 끝
al su omneun geu gyejore kkeut
나는 너를 사랑하고 있던걸까?
naneun noreul saranghago itdon-golkka?
어딘가에 우리 함께했던 그 많은 시간이
odin-gaye uri hamkkehetdon geu maneun sigani
손 닿을 듯 어제 일 처럼 되돌려지곤 해
son daeul deut oje il chorom dwedollyojigon he
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
언제나 넌 나의 매일을 환하게 비췄어
onjena non naye meireul hwanhage bichwosso
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
아주 작은 기억들 조차 여전히 선명해
aju jageun giokdeul jocha yojonhi sonmyonghe
알 수 없는 그 계절의 끝
al su omneun geu gyejore kkeut
나는 너를 사랑하고 있던걸까?
naneun noreul saranghago itdon-golkka?
어딘가에 우리 함께했던 그 많은 시간이
odin-gaye uri hamkkehetdon geu maneun sigani
손 닿을 듯 어제 일 처럼 되돌려지곤 해
son daeul deut oje il chorom dwedollyojigon he
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
언제나 넌 나의 매일을 환하게 비췄어
onjena non naye meireul hwanhage bichwosso
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮은 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalmeun hessal gatatdon noye moseupkkaji
아주 작은 기억들 조차 여전히 선명해
aju jageun giokdeul jocha yojonhi sonmyonghe
우린 어디쯤 있을까?
urin odijjeum isseulkka?
수 많았던 기억들을 되돌려봐
su manatdon giokdeureul dwedollyobwa
우린 행복했던 걸까?
urin hengbokhetdon golkka?
알 수 없는 마음들만 제자리에 남아
al su omneun maeumdeulman jejarie nama
순간마다 네가 떠올라
sun-ganmada nega tto-olla
조용히 낮게 울리던 그 목소리
joyonghi natge ullidon geu moksori
봄을 닮아 햇살 같았던 너의 모습까지
bomeul dalma hessal gatatdon noye moseupkkaji
아직도 난 너를 잊지 않아
ajikdo nan noreuritji ana
우린 어디쯤 있을까?
urin odijjeum isseulkka?
우리는 행복했던 걸까?
urineun hengbokhetdon golkka?

INDONESIAN TRANSLATION

Akhir musim yang tak diketahui
Akankah aku mengatakan mencintaimu?
Banyaknya waktu yang kita habiskan bersama dimanapun
Kembali seakan aku bisa menyentuh tanganmu seperti hari kemarin
Setiap kali kau muncul
Suara itu menggema cukup rendah
Sampai wajahmu menyerupai sinar matahari di musim semi
Kau selalu bersinar dengan terang di hari-hariku
Setiap kali kau muncul
Suara itu menggema cukup rendah
Sampai wajahmu menyerupai sinar matahari di musim semi
Bahkan kenangan yang sangat kecil masih begitu jelas
Akhir musim yang tak diketahui
Akankah aku mengatakan mencintaimu?
Banyaknya waktu yang kita habiskan bersama dimanapun
Kembali seakan aku bisa menyentuh tanganmu seperti hari kemarin
Setiap kali kau muncul
Suara itu menggema cukup rendah
Sampai wajahmu menyerupai sinar matahari di musim semi
Kau selalu bersinar dengan terang di hari-hariku
Setiap kali kau muncul
Suara itu menggema cukup rendah
Sampai wajahmu menyerupai sinar matahari di musim semi
Bahkan kenangan  yang sangat kecil masih begitu jelas
Dimanakah kita berada?
Aku mencoba kembali pada kenangan-kenangan
Akankah kita bahagia?
Perasaaan yang tak diketahui tertinggal di tempat terdahulu
Setiap kali kau muncul
Suara itu menggema cukup rendah
Sampai wajahmu menyerupai sinar matahari di musim semi
Aku masih belum melupakanmu
Dimanakah kita berada?
Akankah kita bahagia?

Jumat, 24 Januari 2014

Asal mula nama Kabupaten Boyolali


 

Menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA WIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama BOYOLALI. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini. Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.

Puisi (SAPARDI DJOKO DAMONO)



DALAM DOAKU


Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

Kamis, 23 Januari 2014

Puisi (SAPARDI DJOKO DAMONO)


AKU INGIN




Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
      dengan kata yang tak sempat diucapkan
      kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
      dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
      awan kepada hujan yang menjadikannya tiada...

dandelion

Randa Tapak atau Dandelion adalah bagian dari Taraxacum, sebuah genus besar dalam keluarga Asteraceae. Nama Randa Tapak sendiri biasa digunakan untuk merujuk kepada sebuah tumbuhan yang memiliki "bunga" yang memiliki "bunga-bunga" kecil yang terbang ditiup angin. Asal asli dari tumbuhan ini adalah Eropa dan Asia, namun sudah menyebar ke segala tempat. Yang disebut sebagai bunga dari tumbuhan ini menjadi semacam jam hayati yang secara teratur melepaskan banyak bijinya. Biji-biji ini sesungguhnya adalah buahnya.
Taraxacum-00.jpg